Saturday, May 29, 2010

Setitik Budi, Segunung Intan

Baru lepas menonton tv dan tiba-tiba berinspirasi untuk menulis.  TV2 menayangkan drama menarik tentang seorang mualaf yang menghadapi banyak dugaan dalam hidupnya.  Setelah menjadi saudara baru, suami meninggal dunia dan anak pula menghadapi masalah hati yang memerlukan pembedahan, penderma dan bantuan kewangan.  Yang menyentuh perasaan apabila mentua dan ibu bapa sendiri tidak membantu.  Hanya seorang pakcik tua yang sudi membantunya dengan doa yang tidak pernah putus.

Ibu bapa memainkan peranan yang penting dalam hidup anak-anaknya.  Setiap yang kita lakukan dalam hidup ini, semestinya direstu oleh ibu dan bapa.  Doa mereka amat bermakna.  Oleh itu, janganlah kita menyakiti hati mereka.

Ini juga mengingatkan diriku sendiri sebagai seorang ibu.  Kadang-kala kita juga harus berhati-hati apabila berkata kerana setiap perkataan yang terkeluar dari mulut ibarat doa untuk anak-anak.  Maka haruslah kita mengeluarkan kata-kata yang baik.  Haruslah kita mendoakan yang terbaik untuk mereka kerana walau terguris sekali pun hati kita, mereka tetap anak.

Kekecewaan

Kata orang..
Hidup tidak bermakna
tanpa restu ibu dan bapa.
Tapi,
apakan daya,
pengampunan tugas yang maha Esa.
Berbudi dan berbahasa
Masih diri tidak diterima.
Dosa yang lampau
igauan selamanya.

Kata orang..
Syurga di telapak kaki ibu.
Kemaafan dipinta supaya bersatu.
Namun jiwaku sedih dan pilu,
keluarga berkecai terbinalah kubu.
Sedih..
Siapa yang tahu?
Kepada yang Esa aku menuju
Bukalah hati orang tuaku
Selami jiwaku yang penuh syahdu.

Nukilan 9 Jun 2006

Thursday, May 27, 2010

Something To Remember


How do you know the world is fair?
Every words have their pairs.
When there is big, there will be small
When there is short, there will be tall.

Some are rich but live in sigh
Some are poor but full of delight.
Thus man should know that death shall come
And live life now forever calm.

written on 30th October 2002

Wednesday, May 26, 2010

Being organised!!

It has been nearly two weeks I left my blog.  Where have I gone?  Time.  Time is my barrier.  Sometimes I think 24 hours is not enough.  The workload at school are hectic.  Try to think about it, perhaps it is I who could not manage my time properly.  I postponed my work until everything seems to pile up.  Papers to mark, extra classes and meetings to attend, documentations due, data to key in, observation to be prepared, and those are only for half the day.  Another half for fetching kids from school, settling house chores, replying emails, updating Facebook and blog!  I'm busier than the prime minister.  When the work is as high as a mountain, I lost my focus.  My vision is blur.  The mountain is too high, I could not see what is behind it.  I think I need a timetable.

Yes.. I really think that is a very wise solution.  I can organize my time carefully.  As a teacher, I always advise students to have a timetable to divide their study time and play time equally.  Unfortunately, it seems that I am in a mess myself.  A big whirl that has no starting line.  When will I start this timetable?  Getting started is another task.  Oh my.. I think I just added another workload.

Help!!!  Anyone?